Senandung Bulan Juni Bagian 42

 

Dan Terjadi Lagi...


Pagi itu adalah jumat bersih. Agenda rutin untuk melakukan kegiatan bersih-bersih kelas dan sekolah. Lonceng yang bergemerincing nyaring sejak pukul tujuh sudah memberi aba-aba kepada seluruh siswa agar dapat berhambur keluar dari ruangan kelas mereka dan meninggalkan sejenak aktivitas sebelumnya. Nirwana pagi itu sengaja datang terlambat. Ia menolak untuk pergi bersama Oca dengan alasan ingin singgah menyekar makam bunda. Padahal aslinya, Nirwana sengaja datang sekolah terlambat demi menghindari orang yang baru saja diblokirnya semalam. Sabiru Prama Dipta. Gara-gara Biru, Nirwana harus menutupi wajah dengan masker dan kacamata. Bahkan, gadis itu sengaja memakai hoodie tebal yang tudungnya dapat melindungi sebagian muka.


"Nir, kok baru dateng." 


"Hehe. Kesiangan."


Galuh yang saat itu kebagian tugas menyapu koridor kelas berpapasan dengan Nirwana. "Eh lo sakit ya?" 


"Enggak, kok. Gue aman. Cuma kedinginan," dusta Nirwana padahal nyatanya bulir keringat membasahi keningnya. Logikanya pagi ini matahari bahkan bersinar terik dan dia justru menggunakan pakaian setebal orang eskimo.


"Oh, yaudah, istirahat aja di kelas ya."


Nirwana mengangguk. Ia lalu berjalan melewati beberapa orang di koridor. Dengan buru-buru, Nirwana pun masuk ke dalam ruangan kelasnya. Namun, tiba-tiba saja ia merasakan ada sebuah lengan yang menahan tudung hoodie miliknya.


"Lo lagi cosplay jadi Katara?"


Sial. Juni lagi, Juni lagi. "Lepasin, Jun. Gue mau masuk."


"Enak aja masuk. Nggak liat semua temen lo lagi bersih-bersih?"


"Ya terus?"


"Lo buang sampah sekarang!" Juni meletakkan sebuah tong sampah di hadapan Nirwana. Bau busuk serta-merta tercium menguar dari sana.


"Nggak mau!"


"Buang atau gue panggilin Sabiru kesini."


Nirwana praktis melotot. 


"Lo udah ceritain tentang gue ke Sabiru apa aja, Jun. Please, gue dulu cuma disuruh orang."


"Gue cuma ngasih semua sosmed lo ke Biru. Tenang, gue nggak sudi kok cerita kalo lo tinggal di rumah gue. Tapi, sorry aja ya kalo lo abis ini malah nggak bisa tinggal di rumah gue lagi gara-gara lo harus tinggal di penjara?"


"Maksud lo apa?!"


"Biru bilang, abangnya masih dendam sama lo. Dan Biru bakalan ngebalesin dendam abangnya ke lo. Ya Biru sih maunya bawa ke jalur hukum aja. Soalnya yang lo lakuin kan termasuk fitnah dan pencemaran nama baik. Lumayan loh, hukumannya."


"Tapi itu gue cuma ngelakuin apa yang diminta klien gue."


"Oya? Gitu? Terus kalo soal admin toko twice gimana dong?"


Nirwana membelalak. Ia tidak menyangka Juni akan mengetahui soal online shop bodong miliknya. "Jun, lo tau apa aja tentang gue. Lo nyari info ke semua orang yang pernah berurusan sama gue di masa lalu ya?"


"Nggak. Gue nggak bakalan mau bersusah payah buat lo kali. Jangan kegeeran. Tapi yang pasti, korban lo masih punya bukti kok soal penipuan album sama merch kpop yang lo lakuin. Cuma si korban ini nggak ngerti caranya ngelapor ke polisi. Jadi, sebagai warga negara yang taat aturan, gue...Juni Alegori Azwar bakalan ngebantuin korban lo itu biar speak up dan biar lo segera dapat hukuman."


"Please, Juni. Jangann!" Nirwana meraih lengan Juni, rautnya tampak ingin menangis.


"Wahh, apa lo bilang tadi? Jangan? Utututu, Nirwana bisa gini juga ya ternyata? Makanya buang sampah dulu yuk, Nir. Nih, cepet angkut tong sampahnya. Daripada lo ongkang-ongkang kaki di kelas gabut. Mending lo gerak. Gimana?" Senyuman Juni saat itu membuat Nirwana ingin sekali merobek mulutnya. Namun, tentu tidak berani dilakukan karena pertimbangan dampak dan akibatnya. Akhirnya, setelah berusaha meredam ego, Nirwana pun menjinjing tong sampah itu dengan satu tangan. Sementara tangan lainnya digunakannya untuk menutup hidung dari bau busuk yang menguar.


"Hati-hati ya, Nir. Buangnya di deket kantin Talas. Lo nggak bakalan sesat, kan?"


"Bodoamat!" teriak Nirwana membuat Juni tergelak puas.


3:2, skor kemenangan untuk Juni kali ini.


•••


Sepanjang koridor, Nirwana melangkah hati-hati, takut isi tong sampah berjatuhan dan membuat bau busuk kian menyeruak. Ia berkali-kali mengucap permisi kepada kerumunan orang dan berharap mereka bisa membuka jalan. 


"Misi, guys. Air panas! Air panas! Buka jalan dong!"


"Misi ya, misi."


Ketika berada di dekat tangga, Nirwana praktis menghembuskan napas berat. Ia langsung merasa kelelahan bahkan sebelum kakinya menuruni undakan. Tong sampah ini berat dan bau, terkutuklah Juni yang memintanya untuk mengangkut benda ini sampai ke tempat pembuangan dekat kantin Talas. "Sumpah, gue benci banget sama lo, Juni!"


Setelah puas menggerutu dan mengumpat, Nirwana lantas mulai menuruni tangga. Awal-awal, dia melakukannya dengan baik, menggunakan dua tangan Nirwana menurunkan terlebih dahulu si tong sampah sebelum kakinya menginjak undakan berikutnya. Namun, tiba-tiba saja seseorang menaiki tangga dengan melesat cepat, gerakannya disusul beberapa orang lelaki lain yang juga menyerbu tergesa-gesa. 


"Arutala brengsek!!!"


"Woy! tungguin pelan-pelan."


"Toni, naik ayo!"


"Arutala ngejar, bang!"


"Bawa ke rooftop!"


Nirwana sontak kelimpungan dengan orang yang berlalu-lalang ribut di tangga, ia sampai harus menepi di ujung dinding dengan tong sampah yang diletakkan di atas besi pegangan. Saat itu naasnya keringat di permukaan tangan Nirwana membuat jemarinya tidak bisa mempertahankan keberadaan tong sampah dengan kuat. Alhasil, benda yang dipenuhi plastik kemasan, dan sisa makanan busuk itu pun meluncur cepat menuruni pegangan tangga. 


"Aaaaaaa tong sampah gue!!!"


Nirwana menjerit. Ia berlari menuruni tangga ingin mengejar, namun tidak sebanding dengan kecepatan luncur benda tersebut yang kemudian berhasil tiba di ujung pegangan dan otomatis terpental ke udara. 


"Aksa! Awas!"


Arjuno Ilios Kahaksa yang saat itu tengah berlarian ke arah tangga untuk mengejar anak-anak basket yang baru saja ketahuan memukuli Bian pagi itu, tidak lagi mendengarkan teriakan peringatan dari Chaca yang berdiri beberapa meter jauh di belakangnya. 


Sehingga, Aksa juga tidak dapat mengubah arah kakinya ketika sebuah tong sampah melayang dan kemudian mendarat mengenai kepalanya, sekaligus menjatuhkan seluruh sampah kotor yang tertampung di dalam sana.


"HOLY FUCKING SHIT!!!"


Nirwana melongo, lantas terdiam di posisinya selama beberapa saat. Orang-orang yang ada di sekitar sana juga ikut membeku, kaget dan tidak menyangka sebuah tong sampah bisa melayang lalu menjatuhi seseorang.


"Ss—sorry!" Nirwana mencicit. Ia lalu membalikkan tubuh dan berlari pergi menaiki tangga.


Sial! Kenapa nyalinya jadi ciut begini?



 





Komentar